Selasa, 27 Mei 2014

Lactobacillus System

Lactobacillus System adalah sebuah sistem yang menggunakan Formula Lactobacillus (Lactobacillus Formula) pada Usaha Penggemukan Sapi Potong (Cattle Feedlot). Sistem ini berfungsi untuk membantu peternak mendapatkan hasil yang lebih maksimal pada usaha penggemukannya dengan cara sederhana dan ekonomis.

Sebelum saya membahas tentang Lactobacillus System alangkah baiknya jika membahas tentang Lactobacillus itu sendiri. Menurut Wikipedia, Lactobacillus adalah genus bakteri gram-positif, anaerobik fakultatif atau mikroaerofilik. Genus bakteri ini membentuk sebagian besar dari kelompok bakteri asam laktat, dinamakan demikian karena kebanyakan anggotanya dapat mengubah laktosa dan gula lainnya menjadi asam laktat. Kebanyakan dari bakteri ini umum dan tidak berbahaya bagi kesehatan.

Berikut adalah tahapan dari Lactobacillus System pada usaha penggemukan sapi potong yang menggunakan bakteri lactobacillus sebagai pemeran utamanya:

1. Pakan Ternak
Dalam Sistem ini pakan ternak yang terdiri dari hijauan dapat diawetkan dengan cara fermentasi (Silase). Dengan cara fermentasi pakan ternak akan bertahan lebih lama dan tidak mudah kering, bahkan setelah proses fermentasi kualitas pakan menjadi lebih bagus dari pada sebelumnya. Ini adalah cara untuk menyediakan pakan ternak agar selalu tersedia sepanjang musim (manajemen pakan ternak). Misalkan di waktu musim hujan yang tersedia banyak sekali hijauan dan akan jarang ditemui pada waktu musim kering, atau di waktu panen raya padi atau tebu, diwaktu itu limbah pertanian seperti jerami dan daun tebu tersedia sangat banyak sekali dan kurang dimanfaatkan. Masalah ini bisa kita pecahkan dengan cara pembuatan pakan fermentasi yang menggunakan Lactobacillus Formula. Di waktu musim hujan atau di waktu panen raya, hijauan yang banyak tersedia dapat kita manfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pakan fermentasi (silase) yang dapat bertahan selama 12-18 bulan. Jadi peternak tidak repot lagi untuk mencari pakan di waktu musim kering atau di waktu belum panen raya untuk mencukupi kebutuhan pakan ternaknya. Dia bisa memberi makanan kepada hewan ternaknya dari pakan yang telah dia buat sebelumnya.

2. Pencernaan Ternak
Ketika melalui proses fermentasi, selulosa dari hijauan pecah sehingga ketika dimakan oleh hewan ternak, jalur pencernaan pada perut ruminansia menjai lebih singkat sehingga mempercepat penyerapan nutrisi. Hal ini menyebabkan hewan ternak dapat berkembang lebih cepat dan lebih maksimal. Dan juga proses fermentasi mampu memberikan bau harum pada bahan pakan yang dapat menambah nafsu makan pada hewan ternak.

3. Kotoran Ternak
Peternak yang menggunakan pakan fermentasi juga mendapatkan keuntungan lain, yaitu hewan ternaknya dapat mengeluarkan kotoran yang tidak terlalu bau. Ini dapat mengurangi stres bau pada ternak dan juga kotorannya lebih cepat kering sehingga dapat segera digunakan sebagai pupuk kandang.

(Gambar dibawah ini adalah bakteri lactobacillus yang dilihat melalui lensa mikroskop)

Minggu, 25 Mei 2014

Lactobacillus Formula 600 ml, Harga Rp. 20.000,-

'Lactobacillus Formula' adalah suplemen cair organik yang bermanfaat memaksimalkan usaha agribisnis Anda baik dalam bidang pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan, dan perhutanan.

Formula ini mengandung bakteri baik yaitu 'Bakteri Lactobacillus' yang memiliki banyak fungsi, diantaranya adalah:
1. Memperbaiki struktur tanah agar menjadi subur
2. Membantu sistem pencernaan pada hewan ternak agar selalu dalam kondisi prima dan mempercepat pertumbuhan
3. Menghasilkan produk agribisnis organik yang berkualitas dan terbebas dari unsur kimia
4. Menghasilkan pakan alami berupa plankton di dalam kolam pembudidayaan ikan
5. Mempercepat proses penguraian limbah organik menjadi pupuk
6. Mengurangi stress bau pada ternak
7. Sebagai starter dalam proses pembuatan fermentasi pakan ternak

Berikut adalah daftar harga dari 'Lactobacillus Formula' yang kami tawarkan kepada Anda dengan harga paling murah:
1. Lactobacillus Formula 600 ml, Harga Rp. 20.000,-
2. Lactobacillus Formula 1500 ml, Harga Rp. 40.000,-

Bagi Anda yang berminat bisa mendatangi kantor kami yang beralamatkan di Toko KUD 'SUKO MAKMUR' No. 7C Jl. Raya Sukodono, Kec. Sukodono - Kab. Sidoarjo, Tlp: 03177648566 / 081938892561.

Terima Kasih

Jumat, 23 Mei 2014

Beef Industry

Bermula dari bisnis keluarga yaitu peternakan sapi skala kecil yang berjumlah 9 ekor dan diternak di kandang belakang rumah oleh saya dan bapak, bisnis ini  mulai berkembang. Penjualan sapi akan sangat menguntungkan di waktu Idul Adha, kami banyak mendapatkan order dari sekolah-sekolah di wilayah Kabupaten Sidoarjo. Insya Allah akhir tahun 2014 ini, kami akan membangun kandang yang lebih besar lagi. Dan Berikut adalah tahapan dari Industri Daging Sapi (Beef Industry) yang akan kami bangun, yang menyediakan produk makanan berupa daging sapi segar, atau makanan olahan berupa sosis, baso, burger, dll, sebagai sumber protein bagi masyarakat.

1. Cattle Breeding
Tahap pertama dari Beef Industry adalah Cattle Breeding yang menyediakan bibit sapi unggul dan berkualitas. Di tahap ini peternak bisa menggunakan teknik 'Kawin Silang'. Kawin Silang, perkawinan silang, atau hibridisasi adalah teknik perkawinan antara dua individu yang berlainan varietas dalam satu spesies. Teknik ini dilakukan dengan memperhatikan sifat-sifat yang baik dari individu-individu yang disilangkan, sebagai contoh: Persilangan antara sapi Shortor yang berdaging banyak tetapi tidak tahan iklim panas, dengan sapi Brahman yang tahan terhadap iklim panas tetapi berdaging sedikit. Dari persilangan ini diharapkan akan memperoleh jenis sapi pedaging gemuk dan tahan terhadap iklim panas.

2. Cattle Feedlot
Cattle Feedlot adalah tahap penggemukan sapi. Jadi berfungsi untuk menjadikan bibit sapi berkualitas yang didapat dari tahap sebelumnya untuk menjadi sapi yang memiliki daging maksimal dengan cara menjaga pakan, kenyamanan, dan kesehatan dari hewan ternak selalu dalam kondisi baik. Tahap ini dapat menggunakan beberapa teknik penggemukan seperti:

a. Micro Cattle Feedlot
Micro Cattle Feedlot adalah sistem penggemukan sapi secara intensif dengan menempatkan setiap ekor sapi di dalam kandangnya masing-masing (kandang individu). Sistem ini mempunyai banyak keunggulan diantaranya yaitu sapi akan dibatasi pergerakan tubuhnya sehingga pertumbuhan sapi akan terfokuskan pada berkembangan bobot tubuh.

b. Lactobacillus System
Lactobacillus System adalah sistem peternakan yang menggunakan bakteri baik yaitu Bakteri Lactobacillus untuk mendukung sistem peternakan yang lebih efektif dan efisien. Sitem ini mempunyai banyak manfaat untuk peternakan sapi diantaranya yaitu:
1). Dapat berfungsi sebagai starter dalam proses pembuatan fermentasi pakan ternak.
2). Sebagai suplemen untuk menjaga pencernakan hewan ternak agar selalu dalam kondisi baik, mempercepat pertumbuhan, dan menambah nafsu makan.
3). Untuk formula pemercepat proses penguraian pada kotoran sapi yang dapat digunakan sebagai pupuk kandang.

3. Cattle Cutting
Cattle Cutting, yang bahasa indonesianya disebut dengan 'Rumah Potong Hewan' (RPH), adalah tahap pemotongan sapi untuk diambil dagingnya. Tahap ini telah menghasilkan produk berupa daging sapi segar yang dapat dijual di pasar tradisional atau di pasar moderen. Dan produk sampinganya berupa tulang, organ dalam, dan kulit sapi dapat menjadi 'income' tambahan.

4. Beef Factory
Beef Factory atau Pabrik Pengelolahan Daging Sapi adalah pabrik yang mengolah daging sapi menjadi makanan olahan berupa sosis, bakso, burger, dll. Tahap ini merupakan tahap terakhir dari Beef Industry yang juga melakukan proses pengemasan dari produk yang dihasilkan untuk dipasarkan ke masyarakat luas baik dalam negeri maupun luar negeri.

Minggu, 11 Mei 2014

Multi-Enterprises

Mendirikan suatu badan usaha memang memerlukan banyak pengalaman dan modal yang bisa dikatakan tidak sedikit, agar usaha yang kita jalani tidak berakhir dengan 'Sad Ending'. Hal yang perlu kita perhatikan adalah memfokuskan diri pada bisnis utama atau bisnis inti (Core Business). Bisnis utama biasanya adalah bisnis keluarga, jangan anggap remeh apabila kakek, nenek, ayah, atau ibu kita memiliki usaha dalam suatu bidang misalnya: toko kelontong, bisnis pulsa, ternak sapi, ternak kambing, jual air prigen, jual sayuran, atau jual sembako. Biasanya bisnis keluarga termasuk bisnis kecil (UMKM) namun tidak menutup kemungkinan bahwa bisnis keluarga yang dimiliki oleh ayah atau ibu kita menjadi besar, itu semua tergantung pada usaha kita, apakah kita mau melanjutkan usaha tersebut atau membiarkannya hilang dan musnah. Apabila kita fokus untuk mengembangkan bisnis keluarga yang kita miliki, dengan kerja keras pantang menyerah serta manajemen yang baik kita pasti bisa menjadikan bisnis keluarga menjadi bisnis besar dan profesional.

Apabila kita sudah mampu mengembangkan bisnis inti, kita bisa terjun ke bisnis lainnya yang sesuai dengan minat dan bakat (interests and talents). Memiliki bisnis lebih dari satu bidang juga perlu diperhatikan karena banyak manfaat yang bisa kita dapat dari itu diantaranya yaitu:

1. Supporting Business
Memiliki bisnis lebih dari satu bidang bisa menjadi 'supporting' untuk bisnis kita yang lain. Misalkan suatu ketika bisnis 'A' kita sedang dalam keadaan lesu atau income berkurang, maka kita bisa menyuntikkan dana dari bisnis 'B' yang kita milik ke bisnis 'A' sebagai tambahan modal agar jangan sampai gulung tikar.

2. Improving Skill
Pada saat kita memulai bisnis diluar bisnis utama, itu adalah sarana untuk meningkatkan kemampuan kita dalam berbisnis. Kesuksesan yang bisa kita raih untuk mengembangkan bisnis inti bisa kita terapkan ke dalam bisnis baru kita.

3. Refreshing
Memiliki bisnis lain bisa juga sebagai sarana refreshing, karena jika kita menghadapi hal yang sama setiap hari maka itu membuat kita jenuh dan stres. Bisnis di bidang lain bisa membuat kita merasa lebih baikan.

Pemilihan Bentuk Organisasi Agribisnis

Bentuk organisasi agribisnis tidak ditentukan oleh ukuran, komoditi, atau jenis agribisnis, hampir setiap ukuran dan agribisnis yang ada dapat mengambil salah satu bentuk dari keempat kategori tersebut diatas. Masing-masing bentuk organisasi agribisnis memiliki keunggulan dan kelemahan, sehingga dalam pemilihan tersebut perlu beberapa pertimbangan yang tepat. Faktor-faktor yang perlu dianalisis antara lain;
1. Berapa jumlah biaya organisasi dan seberapa mudah bentuk agribisnis ini diorganisir.
2. Berapa jumlah modal yang dibutuhkan untuk menjalankan agribisnis tersebut.
3. Berapa jumlah modal pemilik atau para pemilik yang telah tersedia.
4. Seberapa jauh kemudahan untuk memperoleh tambahan modal dalam agribisnis tersebut.
5. Bagaimanakah pemilik atau para pemilik dilibatkan secara perorangan dalam manajemen dan pengendalian agribisnis.
6. Kewajiban atau hak pilih atau opsi apa yang tersedia dalam perpajakan.
7. Apa saja faktor stabilitas, kesinambungan, dan pengendalian pemilikan yang penting untuk agribisnis.
8. Sampai sejauh mana kerahasiaan masalah agribisnis ingin dipertahankan.
9. Berapa besar resiko dan kewajiban yang harus dipikul pemilik atau para pemilik.
10. Apakah jenis/tipe bisnisnya, dimanakah akan dilangsungkan, dan apa yang menjadi sasaran dan falsafah pemilik atau para pemilik untuk agribisnis tersebut.

(Sumber: 'Manajemen Agribisnis' oleh Hary Sulaksono, SE, MM)

Sabtu, 10 Mei 2014

Organisasi Agribisnis

Bentuk organisasi dalam agribisnis secara umum dapat dikelompokkan dalam 4 (empat) bentuk:

1. Perusahaan Perseorangan

Suatu bentuk badan usaha dimana pemiliknya perseorangan, modal perusahaan berasal dari pemilik, modal dapat pula berasal dari pinjaman pihak lain. Kelebihan perusahaan ini adalah organisasi sederhana (ease organization), adanya kebebasan bergerak (freedom of actions), penerimaan seluruh keuntungan oleh pemilik (retention of all profits), pajak rendah (low taxes), kerahasiaan terjamin (secrecy), dan biaya organisasi murah (low organization cost). Sedangkan kelemahannya; tanggung jawab tak terbatas (unlimited liability), besarnya perusahaan terbatas (limitation on size), kontinyuitas tak terjamin (lack of continuity).

2. Perusahaan Persekutuan (Firma dan Komanditer)

Pada bentuk perusahaan ini, persekutuan untuk mendirikan dan menjalankan perusahaan dengan memakai nama bersama. Kelebihannya; semua kelebihan perusahaan perseorangan dapat dikatakan merupakan kelebihan Firma, kebutuhan modal lebih terjamin, bergabungnya beberapa orang membuat keputusan menjadi rasional, perhatian oleh tiap sekutu yang serius mengingat tanggung jawabnya tidak hanya terbatas pada modal disetor tapi juga seluruh harta kekayaannya. Kelemahannya; tanggung jawab tidak terbatas, kepemimpinan kolektif sehingga memungkinkan adanya perselisihan, penanaman modal beku, karena sulitnya menarik modal yang telah ditanamkan.

3. Persekutuan Komanditer (CV)

Persekutuan Komanditer (CV), adalah persekutuan atas dasar kepercayaan, yaitu sebuah persekutuan untuk menjalankan perusahaan, dimana perusahaan dijalankan oleh sekutu komplimenter yang bertanggung jawab sepenuhnya atas hutang-piutang perusahaan dengan satu atau lebih sekutu komanditer. Kelebihannya, sama dengan kelebihan firma, pimpinan perusahaan pada satu orang atau lebih, tergantung jenis persekutuan komanditer yang bersangkutan, tanggung jawab sekutu komanditer yang terbatas. Kelemahannya; bagi sekutu komplimenter, tanggung jawabnya tidak terbatas.

4. Perseroan Terbatas

Perseroan terbatas (PT) adalah suatu persekutuan untuk menjalankan perusahaan yang mempunyai modal usaha yang terbagi atas beberapa saham dimana tiap sekutu turut mengambil satu bagian saham atau lebih. Kelebihan; tanggung jawab terbatas pada para pemegang saham, pemilik dan pengelola adalah terpisah, pemilik adalah pemegang saham sedangkan pengelola adalah direksi, mudah mendapatkan modal, kontinyuitas lebih terjamin, manajemen profesional. Kelemahannya; pajak relatif besar, ongkos organisasi relatif besar, biaya pendirian lebih besar, manajemen besar, pengendalian reatif lebih sulit, rahasia perusahaan tidak sepenuhnya trjamin aman, kurangnya perhatian pemegang saham terhadap perusahaan.

5. Koperasi

Koperasi adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonami sebagai usaha bersama atas dasar kekeluargaan.

Koperasi agribisnis adalah suatu bentuk koperasi yang menekankan aktivitas pada sistem agribisnis. Sehingga, koperasi agribisnis harus merupakan pelaku dalam sistem agribisnis. Koperasi agribisnis dapat berperan sebagai subsistem agribisnis hulu (up-streaming agribusiness), sub sistem usaha tani (on-farm agribusiness), dan sub sistem agribisnis hilir (down-streaming agribusiness).

Koperasi agribisnis seringkali melakukan aktivitas usaha multi produk, atau setidaknya mereka melakukan aktivitas usaha dengan menggunakan lebih dari satu kompetensi dalam satu mata rantai proses produksi dan pelayanan. Konsep bisnis inti (core business) dan bisnis penunjang dapat dilakukan oleh koperasi agribisnis sesuai dengan skala usahanya. Konsep bisnis inti adalah penguasaan proses bisnis sejak awal sampai akhir pelayanan pelanggan yang menjamin terselenggaranya misi sebuah perusahaan. Bisnis inti merupakan bisnis andalan dari suatu perusahaan atau koperasi. Aktivitas bisnis inti juga harus didukung oleh fasilitas bisnis (core business facilities) berupa semua infrasturktur, peralatan dan sumber daya manusia yang terlibat langsung dalam kelancaran proses penyelenggaraan bisnis inti. Sedangkan bisnis penunjang adalah aktivitas yang ada maupun yang berpotensi ada yang secara tidak langsung mendukung proses kelancaran penyelenggaraan bisnis inti.

Keberadaan koperasi agribisnis disuatu wilayah dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan aktivitas ekonomi secara keseluruhan yang akhirnya dapat meningkatkan pendapatan penduduk jika mampu bergerak di bidang unit usaha unggulan dan potensial unggul. Unit usaha unggulan diharapkan bertindak sebagai sektor pendorong kemajuan ekonomi wilayah. Syarat terwujudnya kondisi ini jika unit usaha tersebut selain mempunyai keterkaitan yang besar terhadap sumber daya lokal juga mempunyai prospek pengembangan di masa depan. Syarat terakhir ini bisa terjadi jika pasar input maupun outputnya tidak bersifat monopoli ataupun oligopoli. Jika dua syarat tersebut terpenuhi maka fungsi usaha mempunyai kekuatan memancar (centrifugal). Dan adanya efek besar terhadap ekonomi wilayah yang ditandai oleh kemampuan penyebaran (spread back-wash effect) berupa penyebaran manfaat pertumbuhan unit usaha unggulan terhadap semua input yang digunakan dalam sistem produksi dan penetesan kebawah (trickling down and polarization effect) berupa kemampuan unit usaha unggulan tersebut terhadap subsistem sarana produksi yang dipakai.

(Sumber: 'Manajemen Agribisnis' oleh Hary Sulaksono , SE, MM)

Jumat, 09 Mei 2014

Manajemen Agribisnis

Manajemen dalam agribisnis pada prinsipnya adalah penerapan fungsi-fungsi manajemen (Planning, Organizing, Actuiting, Controlling) secara umum dalam agribisnis. Penerapan dapat berhubungan dengan fungsi (POAC) maupun bidang (M.SDM, M.Keuangan, M.Operasional, M.Pemasaran) manajemen. Mengingat adanya karakteristik maupun keunikan agribisnis maka akan dijumpai beberapa kekhasan yang membedakan manajemen agribisnis dengan manajemen bisnis lainnya, antara lain:
a. Keanekaragaman jenis bisnis yang sangat besar pada sektor agribisnis
b. Besarnya jumlah pelaku pada sektor agribisnis
c. Sektor agribisnis berada disekeliling/sekitar petani yang merupakan aktor utama
d. Keanekaragaman skala usaha dari usaha keluarga sampai dengan perusahaan besar
e. Struktur persaingan yang ketat dihadapi oleh pelaku agribisnis dengan skala usaha yang relatif kecil
f. Falsafah hidup "tradisional" yang dianut sebagian besar pelaku agribisnis cenderung membuat agribisnis lebih konservatif dengan bisnis lainnya
g. Sebagian usaha agribisnis bersifat keluarga dan berorientasikan pada kebutuhan keluarga
h. Sektor agribisnis lebih banyak berhubungan dengan kehidupan masyarakat luas
i. Sektor agribisnis sangat tergantung pada alam dan gejala alam
j. Dampak dari program dan kebijakan pemerintah mengena langsung pada sektor agribisnis. (Samsul Hadi Siswoyo, 2000).

Kamis, 08 Mei 2014

Mengapa Agribisnis Penting

Belajar dari pengalaman masa lalu, pendekatan pembangunan ekonomi dalam rangka mendayagunakan keunggulan kompartif dan keunggulan bersaing perlu perubahan dari pembangunan pertanian kepada pembangunan agribisnis, dimana industri hulu, industri hilir dan sektor pendukung/penunjang yang menyediakan jasa yang diperlukan dikembangkan secara simultan dan harmonis.

Struktur perekonomian Indonesia selama ini masih didominasi oleh sektor pertanian dan sektor tersebut menjadi sektor utama pembangunan nasional. Strategi pembangunan sektor pertanian diarahkan melalui pertama, perubahan orientasi produk ke orientasi pasar; kedua pembanguanan sektor industri diawali dengan titik berat pada industri pengolahan hasil pertanian.

Dalam melaksanakan kegiatan di bidang agribisnis tentu tak lepas dari adanya kebijakan (policy) yang merupakan seperangkat keputusan yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan atau daerah dalam bidang tersebut guna mempengaruhi nilai jual komoditas (pertanian) dalam menghadapi mekanisme pasar. Kekuatan pasar dapat menentukan harga komoditas dan selanjutnya ketetapan harga ini dapat berpengaruh terhadap pendapatan dan kesejahteraan petani. Hanya saja disamping harga jual, bagi petani masih ada faktor penentu yang lain sebagai konsekuensi karena pembelian input yaitu biaya. Akibatnya kombinasi antara harga jual dan harga input menjadi faktor determinan bagi pendapatan riil petani. (Budi,2002)

Pada umumnya kendala dalam pengembangan agribisnis khususnya komoditi pertanian di Indonesia dalam suatu subsistem yaitu;
1. pengadaan bibit bermutu, pupuk, obat-obatan
2. teknologi budidaya atau sektor produksi
3. pasca panen dan pengelolahan
4. pemasaran
5. sektor pendukung (permodalan, transportasi)
6. kualitas SDM
Satu sektor tergantung pada sektor yang lain, tidak  terpisahkan. Karena itu penanganan semua sektor bersama dan terpadu merupakan program yang harus dilakukan oleh semua masyarakat di dukung oleh pemerintah yang ingin mengangkat ekonomi daerah melalui agribisnis produk pertanian.

Langkah-langkah yang diperlukan untuk mempertemukan berbagai unsur yang terlibat dalam pengembangan sektor pertanian (tanaman, hewan, ikan) sebagai berikut:
a. Pengusaha yang telah memiliki market share di pasar Dalam Negri dan atau Luar Negri membuka kontak dengan para buyer dan petani.
b. Memberikan kepastian pembelian yang menguntungkan petani, terutama kontinyuitas, kualitas, dan kuantitas.
c. Para petani memproduksi sesuai dengan kebutuhan pasar dengan menggunakan teknologi yang dimiliki dan dikuasai.
d. Sektor pendukung, khususnya keuangan dan distribusi dapat melihat peluang untuk memberikan dukungan.

Dalam membuat langkah tersebut, pemerintah daerah harus berfungsi sebagai fasilitator, untuk membangun keberdayaan sektor pertanian. Langkah terobosan yang mungkin dilakukan  adalah dengan pola sinergi antara pemerintah, perguruan tinggi, pelaku bisnis, dan petani. Langkah tersebut dapat berupa pembangunan pasar induk suatu komoditi tertentu, pembangunan pusat rekayasa genetika, pembangunan pusat teknologi terapan, dan lain-lain.

Ada semacam pandangan yang menyatakan bahwa kemampuan petani untuk menghasilkan produk yang berkualitas dengan tingkat produktivitas yang tinggi sulit dicapai. Pandangan tersebut tidak sepenuhnya benar, secara umum petani memiliki kemauan dan kemampuan untuk menghasilkan produk yang berkualitas dengan produktivitas tinggi, dan beberapa teknologi budidaya sudah dimiliki petani. Disisi lain mengapa sampai saat ini produksi yang dihasilkan oleh petani masih rendah produktivitasnya, sehingga menyebabkan daya tawar petani menjadi sangat rendah. Hal ini menjadi tugas kita bersama untuk bersatu padu dalam upaya tersebut atau kita akan tersapu oleh produk luar negri sejenis yang memiliki kualitas bagus, kuantitas yang terjaga dengan harga lebih murah.

Selanjutnya bagaimana perekonomian pertanian dapat meningkat, haruslah disadari bahwa dalam kondisi tersebut hanya sektor agribisnis yang dapat diandalkan dan diharapkan mampu menjadi Leader Sector.

Pada subsistem agroindustri misalnya, pengembangan instrumen product development dan product deferentiation melalui teknologi pengolahan tertentu, pengemasan, distribusi dan pengembangan mutu produk menjadi faktor yang sangat penting untuk meningkatkan nilai tambah bagi produk agribisnis.

Pada subsistem pemasaran misalnya, pengembangan market information dan market intelligent menjadi sangat penting untuk membuka dan mengembangkan pasar agribisnis, sekaligus mencermati dinamika pasar sebagai akibat perubahan parameter tertentu, seperti selera konsumen, pesaing pasar dan sebagainya.

Produktivitas berkaitan erat dengan teknologi. Teknologi sangat bergantung kepada kesiapan SDM, sehingga SDM dan teknologi ibarat dua sisi mata uang yang sama. Keduanya merupakan unsur penggerak inti (driving forces) untuk peningkatan produktivitas agribisnis. Oleh karenanya, upaya untuk memantapkan daya saing agribisnis akan sangat berkaitan dengan karakteristik pengembangan SDM dan teknologi sebagai suatu strategi (human capital and technology led development strategy). Disadari sepenuhnya bahwa fungsi produksi akan bergeser kearah yang tinggi dengan daya kompetitif yang semakin mantap manakala terdapat realokasi faktor-faktor produksinya dalam menanggapi dinamika-dinamika yang senantiasa terjadi. Dua unsur utama realokasi tersebut adalah kualitas SDM dan teknologi (Budi, 2002).

Seringkali ditemui keunggulan komparatif berbagai komoitas hanya akan mengahasilkan sosok agroindustri yang handal karena tinggi produktivitasnya, akan tetapi tidak efisien dalam sistem agribisnisnya, sehingga daya saingnya rendah. Pada umumnya, penampilan sosok agribisnis di Indonesia (dan juga di JawaTimur) adalah refleksi kondisi tersebut di atas. Sebagai contoh klasik adalah, bahwa produktivitas hasil padi Jawa Timur mungkin paling tinggi di Asia, akan tetapi ketidak efisienan kelembagaan mengakibatkan harga padi kita tidak mampu bersaing di pasar internasional. Hal ini hampir sama terjadi pada berbagai komoditas lain seperti tebu, dan lainnya. Jawaban umum dari persoalan di atas bersumber pada masih banyaknya kegiatan yang bersifat ekonomi biaya tinggi (high cost economy), yang umumnya bersumber pada berbagai distorsi (leakage), misalnya distorsi harga bahan baku akibat struktur tata niaga, ketidak sempurnaan pasar (imperfect competition), biaya eksternal (external cost/shadow cost), keterbatasan infrastruktur, struktur kelembagaan ekonomi yan dualistis (modal, teknologi, keterampilan manajemen dan spesialisasi), kelangkaan SDM berkualitas, serta jaringan pemasaran yag masih terbatas. Selanjutnya infrastruktur iklim makro mendukung seperti kondisi moneter, politik keamanan serta permasalahan perundang-undangan pendukung (seringkali belum konsisten, kurang transparan, masalah pengawasan) dan keberpihakan pada ekonomi rakyat tidak lugas serta kinerja pelayanan publik yang kurang efisien telah melengkapi sifat-sifat buruk di atas (Rudi Wibowo, 2001).

Pembangunan sistem agribisnis yang mendayagunakan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang yang beragam di setiap dan antar daerah, akan berdaya guna apabila pengelolanya dilakukan secara lokal dan lebih mengedepankan partisipasi dan kreatifitas rakyat dan organisasi ekonominya di setiap daerah. Peranan pemerintah baik pusat maupun di daerah diarahkan untuk memberdayakan dan memfasilitasi tumbuhnya kreatifitas rakyat (Saraih, 2001).

(Sumber: 'Manajemen Agribisnis' oleh Hary Sulaksono, SE, MM)

Karakteristik Agribisnis

Terdapat 5 (lima) karakteristik agribisnis yang membedakan (memiliki keunikan) dibandingkan bisnis lainnya, yaitu:
1. Keunikan dalam aspek sosial, budaya dan politik.
2. Keunikan karena adanya ketidakpastian (uncertainty) dari produksi pertanian yang berbasis biologis.
3. Keunikan dalam derajat/intensitas intervensi politik dari pemerintah.
4. Keunikan dalam kelembagaan pengembangan teknologi.
5. Perbedaan struktur persaingan.

Keunikan dalam aspek sosial, budaya dan politik; Agribisnis tumbuh sebagai hasil peradaban manusia, sehingga keberagaman sosial dan budaya turut pula membentuk struktur, perilaku dan kinerja dari agribisnis. Keberagaman tersebut dapat diamati dari sisi produsen dan sisi konsumen.

Keunikan karena adanya ketidakpastian (uncertainty) dari produksi pertanian yang berbasis biologis; Berdasarkan ilmu genetika dapat diketahui bahwa variasi produksi tanaman dan hewan dipengaruhi variasi genetik, variasi lingkungan (macroclimate, microclimate) dan variasi interaksi genetik dengan lingkungan. Sehingga kita dapat merasakan variasi rasa buah, dan juga variasi proses. Perkembangan teknologi dan rekayasa memang juga menyumbangkan hal yang bermanfaat seperti menyeragamkan produk melalui aplikasi teknologi kultur jaringan maupun kloning, embrio transfer, trans-genic (penyeragaman genetik), rumah kaca (green house), hydroponic (penyeragaman lingkungan), bioteknologi. Namun aplikasi teknologi tersebut relatif mahal dan terbatas. Karakteristik biologis juga berlaku bagi umumnya produk agribisnis seperti Voluminous, bulky dan Perishable yang membedakan dengan produk non agribisnis.  

Keunikan dalam derajat/intensitas intervensi politik dari pemerintah; Produk agribisnis khususnya bahan pangan (staple food) merupakan kebutuhan dasar (basic needs) dan sering dilihat sebagai komoditas politik sehingga sering diintervensi oleh politik pemerintah. Dan kontribusi bahan pangan dalam perhitungan inflasi sering menyebabkan agribisnis bahan pangan menjadi target politik ekonomi relatif terhadap produksi/industri non agribisnis. Pada berbagai negara MEE, AS, dan Jepang, sektor agribisnisnya cenderung di proteksi guna mempertahankan keseimbangan ekologis (ekosistem pertanian di negara yds). Bahkan ada kecenderungan baru berkaitan dengan preferensi konsumen di setiap negara dilegalisasi sebagai bentuk hambatan perdagangan menggantikan kebijakan tarif dan non tarif.

Keunikan dalam kelembagaan pengembangan teknologi; Peran agribisnis sangat penting dalam ekonomi setiap negara menyebabkan pengembangan teknologi pada sektor ini menjadi salah satu public service yang disediakan pemerintah.

Perbedaan struktur persaingan; Sektor agribisnis merupakan sektor yang paling banyak pelaku ekonominya. Pada umumnya pelaku ekonomi (produsen, konsumen) relatif kecil-kecil dibandingkan dengan luasnya pasar, selain itu semua produk agribisnis memiliki produk substitusinya.

(Sumber: 'Manajemen Agribisnis' oleh Hary Sulaksono, SE, MM)

Selasa, 06 Mei 2014

Ruang Lingkup Agribisnis

Berbagai pendapat tentang batasan dan ruang lingkup dari agribisnis, tergantung pada unit dan tujuan analisis. Agribisnis dapat dibagi menjadi tiga sektor yang saling bergantung secara ekonomis, yaitu sektor masukan (input), produksi (farm), dan atau sektor keluaran (output). (Downey & Erickson, 1992:5).

Dari pendapat yang ada, pengertian lengkap tentang agribisnis dinyatakan oleh Davis and Goldberg, Sonka and Hudson, Farrel and Funk (Harling, 1995) yaitu "Agribusiness included all operations on involved in the manufacture and distribution of farm supplies; production operation on the farm; the storage processing and distribution of farm commodities made from them, trading (whosellers, retailers), consumers to it, all non farm firms and institution serving them.

Suatu sitem agribisnis yang lengkap terdiri dari:
1. Sub-sistem agribisnis hulu (up-stream agribusiness) yakni kegiatan industri dan perdagangan yang menghasilkan sarana produksi usaha tani seperti pembibitan, agro-kimia, agro-otomotif, agri-equipment.
2. Sub-sistem usaha tani (on-farm agribusiness) yakni kegiatan ekonomi yang menggunakan sarana produksi usaha tani untuk menghasilkan produk pertanian primer (farm product).
3. Sub-sistem agribisnis hilir (down-stream agribusiness) yakni kegiatan industri yang mengelolah produk pertanian primer menjadi produk olahan (intermediate, finished product) beserta perdagangannya (wholesaler, retailer) dan konsumennya.
4. Sub-sistem Jasa Penunjang (agro-institution and agro-service) yakni kegiatan yang menyediakan jasa bagi agribisnis seperti perbankan, infrastruktur (fisik, normatif), litbang, pendidikan dan penyuluhan/konsultasi, transportasi, dan lain-lain.

Kaitan antara sub-sistem satu dengan sub sistem lainnya erat dan penting, sehingga distorsi maupun gangguan terhadap salah satu sub-sistem akan berpengaruh paa sub-sistem lainnya bahkan mempengaruhi keseluruhan sistem tersebut.

(Sumber: 'Manajemen Agribisnis' oleh: Hary Sulaksono, SE, MM.)

Agribisnis dalam Perspektif

Manajemen Agribisnis berkembang sedemikian rupa sehingga menimbulkan perdebatan apakah dia merupakan disiplin ilmu tersendiri atau merupakan bagian dari ilmu ekonomi pertanian atau bagian dari ilmu manajemen.

Sementara itu survey yang dilakukan pada manajer-manajer perusahaan agribisnis di Amerika Serikat dan Kanada (Harling, 1995) mengungkapkan bahwa manajemen agribisnis bukan merupakan bagian atau sub disiplin baik ilmu ekonomi pertanian maupun ilmu manajemen. Sebagian besar berpendapat bahwa manajemen agribinis merupakan suatu bidang tersendiri yang berakar pada ilmu ekonomi dan ilmu pngambilan keputusan

Manajemen Agribisnis tidak hanya menjelaskan fenomena maupun fakta yang terjadi dalam agribisnis yang didasari ilmu ekonomi dan atau ilmu ekonomi pertanian saja namun selanjutnya berhubungan juga dengan teori pengambilan keputusasn.

Manajemen Agribisnis tidak hanya berkisar pada usaha tani (on-farm agribusiness) saja namun juga berhubungan dengan Agribisnis hulu (up-stream agribusiness) juga dengan agribisnis hilir (down-stream agribusiness) dan jasa pendukung/penunjang (agro-institution and agro-service).

Pemahaman dan penguasaan teori ekonomi dan teori pengambilan keputusan apakah akan menjamin kemampuan manajemen agribisnis yang handal? hal ini baru merupakan syarat awal yang dibutuhkan (necessary condition) sedangkan untuk menjadi manajer agribisnis yang handal harus ditambahkan pemahaman tentang karakteristik dari agriisnis sebagai syarat kecukupan (sufficient condition).

(Sumber: 'Manajemen Agribisnis' oleh Hary Sulaksono, SE, MM.)