Istilah Smart Village terinspirasi dari istilah yang sudah populer sebelumnya yaitu Smart City. Konsep Smart Village memiliki kesamaan dengan Smart City, yaitu pengelolahan Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya Alam (SDA) secara efektif & efisien.
Sebagai usaha untuk mengelolah sumber daya secara efektif dan efisien, konsep Smart Village mengembangkan dan menerapkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) berbasis komunitas desa sebagai sebuah interaksi yang kompleks di antara berbagai sistem yang ada di dalamnya. Di sini desa mewakili sebuah wilayah di mana terdapat berbagai aktifitas dan kegiatan seperti pemerintahan, pendidikan, kesehatan, perdagangan, pertanian/peternakan/perikanan, industri rumah tangga, kegiatan budaya dan kemasyarakatan, dan lain-lain.
Smart Village juga menerapkan sistem blue economy, yaitu sebuah konsep ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan hasil produksi dengan 'Zero Emission'. Dengan bertujuan 'Zero Emission' maka sebuah bisnis akan lebih rama lingkungan. Sebagai contoh penerapan blue economy yaitu, masyarakat pedesaan yang identik dengan agribisnis bisa memanfaatkan limbah pertanian untuk diolah menjadi pakan hewan ternak, dan limbah dari usaha peternakan bisa diolah menjadi pakan ikan dan menjadi pupuk untuk digunakan pada usaha perikanan dan pertaniannya. Jadi limbah bisa diolah dan dimanfaatkan secara maksimal.
Smart Village diharapkan mampu meningkatkan taraf hidup penduduk desa agar mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan lebih layak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar