Sabtu, 26 Desember 2015

Meningkatkan Usaha Penggemukan Sapi di Era Industri dan Era Teknologi Informasi

Dalam perkembangannya, usaha manusia dibagi menjadi 3 era, yaitu Era Pertanian, Era Industri, dan Era Teknologi Informasi. Di Era Pertanian, manusia masih memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri dengan cara bercocok tanam dan beternak. Di Era Industri, manusia selain memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, juga lebih bertujuan bisnis yaitu mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya, dengan merubah bahan mentah menjadi produk jadi menggunakan mesin-mesin industri. Dan di era saat ini yaitu Era Teknologi Informasi, manusia dapat memenuhi kebutuhan pokok mereka dan juga kebutuhan bersosial mereka dengan menggunakan teknologi informasi. Era yang juga disebut dengan era internet ini identik dengan ditemukannya gadget berteknologi tinggi seperti PC, Laptop, Tablet, Smartphone, dll.

Dalam Agribisnis ke tiga era tersebut dapat dimanfaatkan secara bersamaan untuk meningkatkan hasil usaha, misalkan agribisnis di bidang Cattle Feedlot atau dalam Bahasa Indonesia disebut dengan usaha penggemukan sapi. Dalam Usaha Penggemukan Sapi perkembangan teknologi mesin industri bisa dimanfaatkan untuk memproduksi pakan sapi secara efektif dan efisien. Mesin Industri berupa mesin pencacah limbah pertanian sangat membantu para pelaku usaha penggemukan sapi dalam memenuhi kebutuhan pakan ternaknya secara cepat dan masal. Dan perkembangan teknologi informasi juga bisa dimanfaatkan dalam usaha agribisnis ini, salah satunya yaitu dibidang marketing (pemasaran). Dengan menggunakan teknologi informasi dapat dimanfaatkan untuk mempromosikan produk ke masyarakat dengan biaya yang terjangkau dan bisa mencakup pasar lokal dan internasional. Dalam usaha penggemukan sapi bisa memanfaatkan teknologi informasi untuk memasarkan produknya yaitu berupa sapi siap potong ke masyarakat dengan lebih efektif dan murah.

Dari era perkembangan usaha manusia yaitu era pertanian, era industri, dan era teknologi informasi bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk memudahkan dan meningkatkan usaha atau bisnis yang kita miliki.

Jumat, 11 Desember 2015

Ini Manfaat Kapal Khusus Sapi Bagi Peternak dan Konsumen

Keberadaan kapal pengangkut ternak sapi KM Camara Nusantara I memberikan dampak positif kepada para peternak sapi lokal. Selain itu, kapal khusus pengangkut sapi menguntungkan masyarakat sebagai konsumen karena harga lebih murah.

Terpangkasnya biaya pengiriman sapi dari Nusa Tenggara Timur (NTT) ke DKI Jakarta hingga 85% dari Rp 1,8 juta per ekor menjadi Rp 320.000 per ekor membuat harga sapi di tingkat konsumen turun sekaligus meningkatkan harga di tingkat peternak.

Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman menyebutkan bahwa harga sapi di tingkat peternak biasanya cuma Rp 26.000-27.000 per kg bobot hidup. Jika dibawa dengan kapal ternak, harga sapi bisa dibeli dari peternak dengan harga ‎Rp 28.000-30.000 per kg tapi sampai kepada konsumen di Jakarta dengan harga Rp 75.000 per kg.

"Harga di konsumen yang Rp 90.000-100.000 per kg bisa jadi Rp 75.000 per kg. Harga di tingkat petani juga bisa naik dari Rp 26.000-27.000 per kg hidup jadi Rp 28.000-30.000," kata Amran saat ditemui di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (11/12/2015).

Amran menambahkan, ‎tahun depan akan ada tambahan 5 kapal ternak lagi. Sebanyak 5 kapal ternak ini akan singgah di Lampung, Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

Artinya, bukan hanya peternak di NTT yang bakal menikmati harga sapi dengan margin lebih besar, tapi juga di 4 provinsi sentra sapi lainnya.

"Sulsel, NTT, NTB, Jatim, Lampung. Gubernurnya sudah tanda tangan MoU (Memorandum of Understanding) dengan Pak Ahok‎ (Gubernur Jakarta)," tuturnya.

Bagi konsumen di Jakarta, tentu adanya tambahan 5 kapal ternak yang singgah ini kabar baik karena ‎pasar di ibu kota akan dibanjiri sapi lokal yang harganya murah.‎

"Kita rancang kalau bisa sebulan 2 kali tiba 1 kapal ternak (ke Jakarta), kalau bisa 3 kali. Jadi setahun bisa 150.000 ekor sapi lokal masuk Jakarta," papar Amran.

Dengan melimpahnya suplai daging sapi lokal yang harganya bisa Rp 75.000/kg, mau tak mau daging sapi impor pun harus turun harganya agar dapat bersaing.

"Targetnya sekarang adalah mengubah struktur pasar. Sapi lokal kan 80%, impor 20%. Artinya 80% ini bisa mengubah struktur pasar. Harga di konsumen yang Rp 90.000-100.000 per kg bisa jadi Rp 75.000 per kg," tutupnya.

(Source: Detik.com)