Rabu, 13 Juni 2018

SAATNYA MENERAPKAN PERTANIAN TEKNO-EKOLOGIS



Karena itu, tidak berlebihan bila saya katakan bahwa model pertanian tekno-ekologis ini bisa menjadi alternatif model dalam Revolusi Hijau kedua nanti, guna memperbaiki kelemahan-kelemahan Revolusi Hijau pertama yang digagas Norman Borlaug – yang terbukti telah mendorong para petani menjadi bergantung pada perusahaan-perusahaan besar dalam pemenuhan sarana produksi. (Page x)

Budaya industri sangat bergantung pada energi minyak bumi (fosil), baik dalam proses produksi, transportasi, penerangan, perdagangan, pariwisata, dan lain-lain. (Page 8)

Penggunaan pupuk organik dari kotoran sapi, kerbau, atau domba yang telah difermentasi sebanyak 2.500 kg per ha dikombinasikan dengan penggunaan pupuk anorganik (urea, SP-36, dan KCI) sebanyak 50% dari dosis anjuran tidak akan menurunkan produktivitas padi, malah dapat meningkatkan produktivitas hingga 25 – 30 % dibandingkan dengan penggunaan pupuk pabrikan 100% (Widiyazid et al.,2002). Selanjutnya, secara bertahap dosis pupuk organik bisa ditambah dan penggunaan pupuk anorganik bisa dikurangi. (Page 30)

Jenis ikan yang bisa dibudidayakan dengan cara ini (mina padi) antara lain ikan mas, tewes, nila, lele, dan udang galah. (Page 127)